Minggu, 17 Juni 2012

mantram sembahyang


                                              Mantram sembahyang

Melakukan persembahyangan dengan Puja Tri Sandhya bisa dilakukan dengan duduk bersila (padmasana), bersimpuh (bajrasana) atau berdiri tegak (padasana) sesuai dengan tempat yang tersedia.

Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan --baik dengan Puja Trisandya maupun Panca Sembah-- didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:

1. Duduk dengan tenang dan ucapkan mantram ini:

Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalà ya namah swàha
(Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu telah duduk tenang, suci, dan tiada noda.)

Duduk bersila                            : Om padmasana ya namah swaha
Duduk bersimpuh                      : Om bajrasana ya namah swaha
Berdiri tegak                             : Om padasana ya namah swaha

2. Setelah sikap badan terasa baik, dilanjutkan dengan pranayama, yaitu mengatur jalannya nafas.

Menarik nafas                           : Om ang namah
Menahan nafas                         : Om ung namah
Mengeluarkan nafas                  : Om mang namah

Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:

Om suddha màm swàha
(Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba atau bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan.)

Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:

Om ati suddha màm swàha
(Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba atau bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri.)

3. Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:

Om Ang waktra parisuddmàm swàha

atau lebih pendek:

Om waktra suddhaya namah
(Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.)

4. Jika tersedia dupa,sarana itu disucikan terlebih dahulu dengan mantra

Om Ang dhupa astra ya nama swaha
(Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.)

Sikap tangan waktu bersembahyang disebut sikap amusti karana. Mata memandang ujung hidung dan pikiran ditujukan kepada Hyang Widhi. Dalam keadaan seperti itu sabda, bayu, idep harus dalam keadaan seimbang

5. Setelah itu lakukanlah puja Trisandya. Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, "v" dibaca mendekati "w". Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:

Mantram Trisandhyà

Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt

Ya Tuhan, yang menguasai ketiga dunia ini, Engkau maha suci dan sumber segala kehidupan, sumber segala cahaya. Semoga Tuhan melimpahkan pada budi nurani kami, penerangan cahaya-Mu yang maha suci.

Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitìyo'sti kascit

Ya Tuhan, (Narayana), hanya Engkaulah semuanya ini, baik yang sudah ada maupun yang bakal ada. Engkau tak tercela (tak ternoda), murni, abadi, tak terkatakan (tak ternyatakan). Engkau maha suci, maha Esa dan tak ada duanya sama sekali

Om tvam sivah tvam mahàdeva
hìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah

Ya Tuhan, Engkaulah yang diberi gelar Siva, Mahadeva, Isvara dan Paramesvara. Tuhan jugalah yang diberi gelar Brahma, Visnu dan Rudra. Engkaulah Purusa, Tuhan yang selalu dipuja.

Om pàpo’ham pàpakarmàham
pàpàtmà pàpasambhavah
tràhi màm pundarikàksa
sabàhyàbhyàntarah sucih

Ya Tuhan, hamba penuh dengan kenestapaan. Perbuatan hamba penuh nestapa, jiwa hamba penuh nestapa. Dan kelahiran hambapun penuh dengan kenestapaan. Selamatkan hamba dari segala kenestapaan dan sucikan lahir bathin hamba.

Om ksamasva màm mahàdeva
sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva

Ya Tuhan, ampunilah hamba ini oh Tuhan penyelamat segala mahluk. Lepaskan hamba dari segala kenestapaan ini. Semoga Tuhan menuntun, menyelamatkan dan melindungi hamba ini.

Om ksàntavyah kàyiko dosah
ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm

Ya Tuhan, ampunilah segala dosa perbuatan hamba, ampunilah segala dosa dari ucapan hamba, ampunilah segala dosa dari pikiran hamba. Dan ampunilah segala kelalaian hamba.

Om sàntih, sàntih, sàntih, Om

Semoga damai di hati, damai di dunia dan damai selalu

Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:

Om puspa dantà ya namah swàha
(Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.)

Kramaning Sembah (Panca Sembah)

Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:

1. Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:

Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha
(Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.)

2. Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:

Om Adityasyà param jyoti
rakta tejo namo’stute
sweta pankaja madhyastha
bhàskaràya namo’stute

(Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.)

3. Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang. Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:

Om nama dewa adhisthanàya
sarwa wyapi wai siwàya
padmàsana eka pratisthàya
ardhanareswaryai namo namah

(Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.)

4. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak "dilentikkan/dipersembahkan" tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki). Mantramnya adalah:

Om anugraha manoharam
dewa dattà nugrahaka
arcanam sarwà pùjanam
namah sarwà nugrahaka
Dewa-dewi mahàsiddhi
yajñanya nirmalàtmaka
laksmi siddhisça dirghàyuh
nirwighna sukha wrddisca

(Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud jadnya suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.)

5. Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran. Mantramnya:

Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha.
Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om

(Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.)

Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata. Berikut ini contohnya:

Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:

Om, àkàsam nirmalam sunyam,
Guru dewa bhyomàntaram,
Ciwa nirwana wiryanam,
rekhà Omkara wijayam,

(Ya Tuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.)

Om nama dewa adhisthanàya,
sarva wyàpi vai siwàya,
padmàsana ekapratisthàya,
ardhanareswaryai namo’namah.

(Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.)

Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut :

Om Isanah sarwa widyànàm
Iswarah sarwa bhùtànàm,
Brahmano’ dhipatir Brahmà
Sivo astu sadàsiwa

(Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.)

Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya :

Om, Girimurti mahàwiryam,
Mahàdewa pratistha linggam,
sarwadewa pranamyanam
Sarwa jagat pratisthanam

(Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.)

Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga :

Om, Catur diwjà mahasakti
Catur asrame Bhattàri
Siwa jagatpati dewi
Durgà sarira dewi

(Ya Tuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.)

Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya :

Om Brahmà Prajàpatih sresthah
swayambhur warado guruh
padmayonis catur waktro
Brahmà sakalam ucyate

(Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.)

Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau padharman, mantramnya :

Om Brahmà Wisnu Iswara dewam
Tripurusa suddhàtmakam
Tridewa trimurti lokam
sarwa wighna winasanam

(Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.)

Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya :

Om Nagendra krùra mùrtinam
Gajendra matsya waktranam
Baruna dewa masariram
sarwa jagat suddhàtmakam

(Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.)

Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya :

Om Sridhana dewikà ramyà
sarwa rupawati tathà
sarwa jñàna maniscaiwa
Sri Sridewi namo'stute

(Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.)

Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya :

Om Saraswati namas tubhyam
warade kàma rùpini
siddharàmbham karisyami
siddhir bhawantu me sadà

(Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.)

Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini :

Om Dwijendra purvanam siwam
brahmanam purwatisthanam
sarwa dewa ma sariram
surya nisakaram dewam

(Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita, la adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, la yang menyatu dalam semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja Siwa para pandita agung.)

Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan "mantram umum" pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.

Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru (rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah :

Om Ganapati rsi putram
bhuktyantu weda tarpanam
bhuktyantau jagat trilokam
suddha purna saririnam

2 komentar: